Selama ini, saya beranggapan bahwa layanan jasa ekspedisi sekadar urusan jual beli online. Sampai akhirnya, sebuah momen luar biasa membuka mata saya bahwa kontribusi mereka lebih dari sebatas antar jemput paket semata.
Akhir tahun lalu, Ibu saya didiagnosis mengidap Tuberkulosis (TBC). Kaget? Sudah pasti. Sebab, tak ada indikasi sebelumnya jika Ibu menderita penyakit ini. Batuk-batuk kecil setiap malam, Ibu anggap sebagai gejala penyakit asam lambung (GERD) yang memang sudah akrab dengan beliau sedari dulu. Kadang sembuh, kadang kambuh.
Sampai suatu siang di hari Minggu, kesehatan Ibu tiba-tiba menurun drastis. Beliau batuk terus-menerus tanpa henti lalu diikuti dengan muntah darah beberapa kali. Panik. Tanpa buang-buang waktu, kami segera menuju ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis secepatnya.
Selama menjalani rawat inap, dokter berulang kali menjelaskan sembari menguatkan kami bahwasannya pengobatan pada pasien TBC membutuhkan waktu yang relatif panjang. Untuk bisa sembuh secara total, pasien diharuskan melakukan rawat jalan dan rutin meminum obat dalam jangka waktu 6 sampai 9 bulan. Jadi, selain dibutuhkan kedisiplinan pasien, diperlukan pula kesabaran ekstra bagi anggota keluarga yang mendampinginya.
Demi kesembuhan Ibu, saya pun rela menemani beliau bolak-balik ke rumah sakit sebulan sekali. Baik itu untuk keperluan kontrol rutin ataupun mengambil jatah obat bulanan. Terasa berat memang, mengingat jarak antara rumah kami dengan rumah sakit memakan waktu sekitar 30 menit perjalanan. Belum lagi, berbagai prosedur di rumah sakit yang memakan waktu lebih dari setengah hari.
Biasanya, kami berangkat dari rumah pukul 5.30 pagi. Tujuannya tentu saja untuk mendapatkan nomor antrean lebih awal. Meski bisa ditebak, jam segitu bangku-bangku di ruang tunggu sudah ramai oleh pasien yang menunggu sejak subuh. Padahal, loket pendaftaran sendiri baru mulai dibuka pada pukul 7 pagi.

Sesudah mengambil nomer antrean, kami pun kembali duduk manis di ruang tunggu Poli Paru. Biasanya bisa sampai dua jam bahkan lebih. Sebab, dokter praktik baru tiba ke poli sekitar pukul 9 pagi atau setelah menyelesaikan tugasnya visit dari kamar pasien rawat inap. Setelahnya, barulah nama pasien akan dipanggil satu per satu oleh petugas untuk mendapatkan giliran pemeriksaan yang sebenanrnya berlangsung kurang dari 10 menit saja.
Sudah selesai? Tentu saja belum.
Keluar dari Poli Paru, kami langsung bergegas menuju Depo Farmasi untuk menyerahkan resep obat dari dokter. Di loket farmasi, suasana bisa jadi lebih ramai lagi. Sebab di sini, semua pasien dari berbagai poli tumpah ruah, berkumpul menunggu racikan obat mereka selesai disiapkan. Tak heran jika antrean di sini biasanya sampai meluber hingga ke luar ruangan.
Capek? Jangan ditanya.
Hantaran Obat, Solusi SAT SET Atasi Antrean Panjang di Depo Farmasi
Ada pemandangan ‘aneh’ pada kunjungan kedua kami ke rumah sakit awal tahun lalu. Koridor di depan depo farmasi yang selalu penuh sesak pengunjung, kini lebih lengang dari biasanya. Masih ramai sih, tapi tidak sampai membludak. Tak ada lagi tikar yang digelar untuk duduk-duduk atau lesehan di lantai.
Dengan pikiran masih bertanya-tanya, saya memasuki pintu depo farmasi yang langsung disambut ramah oleh sekuriti.
“Selamat pagi, obatnya mau ditunggu apa diantarkan, Mas?”
“Bisa diantarkan, Pak?” tanya saya memperjelas.
Petugas yang sepertinya menyadari kebingungan saya dengan sigap menjelaskan bahwa saat ini rumah sakit telah bekerja sama dengan JNE untuk menyediakan layanan ‘hantaran obat’ ke rumah pasien. Jadi, pasien tidak perlu antre untuk menunggu racikan obat mereka selesai. Pasien atau keluarga cukup menyerahkan resep, mengisi formulir, bayar ongkir, dan bisa langsung pulang setelah mendengarkan arahan dari apoteker.

Tanpa pikir panjang, saya mengiyakan tawaran itu. Sembari mengisi formulir, petugas kembali menjelaskan jika rumah pasien berada di dalam kota, obat biasanya akan tiba pada sore hari. Sedangkan, untuk pasien di luar kota, obat biasanya baru datang keesokan harinya.
Setelah mengucapkan terima kasih, petugas memberikan selembar kartu nama yang berisi nomer telepon call center untuk berjaga-jaga jika obat tidak kunjung diterima dalam batas waktu yang ditentukan.
JNE Dukung Rumah Sakit Beri Layanan Distribusi Farmasi Terbaik untuk Pasien
Sistem pembelian obat secara online sejatinya mulai ramai dilakukan oleh beberapa apotek sejak pandemi beberapa tahun lalu. Baik secara mandiri ataupun melalui platform aplikasi. Menurut laporan Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2020 terjadi lonjakan hingga 600% dalam penggunaan layanan telemedicine sebagai dampak langsung dari pembatasan mobilitas selama pandemi. [1]
Sayangnya, saat itu layanan tersebut tidak terintegrasi dengan rumah sakit pemerintah atau fasilitas layanan kesehatan primer. Sebab, masih banyak rumah sakit menggunakan sistem distribusi manual untuk pengambilan obat yang mengharuskan pasien atau keluarga hadir secara fisik di loket farmasi.
Bisa dimaklumi sebab implementasinya memang tidak mudah. Masih banyak rumah sakit yang mengalami keterbatasan terkait sistem distribusi farmasi jarak jauh dan tidak adanya tenaga kurir internal untuk melakukannya. Belum lagi, risiko penundaan atau keterlambatan pengiriman obat akibat jarak dan infrastruktur.
Nah, di sinilah JNE hadir sebagai bagian dari solusi. Dengan segudang pengalaman lebih dari tiga dekade di bidang logistik, JNE menjawab tantangan tersebut lewat jaringan distribusi yang luas, sistem tracking atau pelacakan akurat, dan layanan pengiriman cepat yang sudah teruji.
Layanan ‘hantaran obat’ adalah solusi yang sejatinya telah ditunggu-tunggu pasien sejak lama. Selama ini, kami harus bersabar menunggu antrean panjang di loket farmasi. Dengan kondisi tubuh yang belum sepenuhnya pulih, tentu hal tersebut sangat tidak nyaman terutama bagi pasien lansia, difabel dan pasien penyakit kronis yang tidak bisa berlama-lama berkegiatan di luar rumah. Apalagi jika rumah pasien cukup jauh dari rumah sakit, seperti kami. Bagi saya, tidak masalah membayar ongkir sebesar Rp10.000 asalkan Ibu bisa segera pulang dan beristirahat di rumah.
Inspirasi Tanpa Batas, JNE Turun Tangan Layani Masyarakat di Sektor Kesehatan
Hadirnya layanan ini tentu saja membuat saya selaku keluarga pasien merasa bahagia. Saya pun meyakini bahwa pihak rumah sakit juga merasakan hal yang sama. Sebab, kini kerumunan antrean di depo farmasi berkurang drastis sehingga suasana menjadi lebih tertib, dan pelayanan dapat berjalan lebih efisien.
Direktur RSUD dr. Haryoto Lumajang, dr. Halimi Maksum MMRS menuturkan bahwa layanan hantaran obat bertajuk ‘Sahabat Haryoto’ ini merupakan wujud komitmen rumah sakit bersama JNE untuk menghadirkan pelayanan kesehatan yang lebih baik, cepat, dan efisien.
Pernyataan tersebut diamini oleh Kepala Cabang JNE Lumajang, Arief Setyawan yang menyatakan bahwa kemitraan ini adalah wujud inovasi JNE dalam melayani masyarakat dengan cara yang relevan dan bermanfaat di sektor kesehatan. [2]
Pengalaman panjang JNE dalam melayani masyarakat adalah jaminan mutu sehingga pasien tak perlu was-was menunggu obat mereka tiba di rumah. Sebab, layanan ini diperkuat oleh infrastruktur dan layanan premium, seperti JNE YES (Yakin Esok Sampai). Ini adalah jenis layanan pengiriman cepat yang SatSet dan sangat cocok untuk kebutuhan mendesak, seperti pengiriman obat-obatan.

JNE memastikan bahwa aspek privasi dan ketepatan waktu pengiriman obat menjadi prioritas. Obat-obatan dikemas secara rapi dan terlindungi, dengan proses serah terima langsung ke tangan penerima.
Dengan sistem pelacakan yang akurat dan rute pengiriman yang efisien, pasien dan keluarga dapat memantau perjalanan obat mereka secara real-time. Keandalan seperti ini sangat penting dalam distribusi farmasi, apalagi untuk pengobatan rutin yang tidak boleh tertunda.
Tak Sekadar Transaksional, JNE Perkuat Ikatan Emosional dengan Pelanggan
Di ulang tahun yang ke-34, JNE menunjukkan kepada kita semangat melayani tanpa batas. Tidak hanya pada sektor bisnis tetapi juga pada sektor kesehatan. Sebagai perusahaan logistik terkemuka, JNE tentu sangat mampu diandalkan untuk urusan krusial, seperti pengiriman obat-obatan.
Tagline ‘Connecting Happiness’ benar-benar diwujudkan JNE melalui setiap paket yang sampai ke tangan pelanggan. Melalui ribuan kurir yang tersebar di berbagai pelosok negeri, mereka menghadirkan ribuan kebahagiaan dan harapan bagi siapa pun yang menerimanya.
Kontribusi JNE melalui layanan hantaran obat, bukan hanya menjawab kebutuhan logistik medis tetapi juga menyentuh sisi emosional para pelanggannya. Kehadiran JNE dalam momen-momen sulit seperti ini mampu menumbuhkan loyalitas pelanggan dalam jangka panjang.

Saya berharap, sinergi antara rumah sakit dan JNE bisa diaplikasikan di berbagai wilayah di Indonesia. Kemudahan yang saya rasakan sudah seharusnya bisa dinikmati lebih banyak orang, terutama keluarga pasien yang sangat bergantung pada kontinuitas pengobatan.
Dengan jangkauan logistiknya yang luas, pengalaman distribusi yang matang, dan semangat melayani tanpa batas, JNE memiliki potensi besar untuk menjadi mitra strategis dalam transformasi layanan kesehatan di Indonesia.
Bagi saya dan Ibu, layanan hantaran obat dari JNE ini tidak hanya menyelamatkan waktu dan tenaga, tetapi juga turut menjaga emosi kami agar tetap ‘waras’ dalam melewati masa-masa penyembuhan. Kini dalam setiap paket JNE yang datang ke rumah, kami merasa tak sekadar menerima obat-obatan tetapi juga tersisip rasa kepedulian, ketulusan dan harapan.
Terimakasih JNE.
#JNE #ConnectingHappiness #JNE34SatSet #JNE34Tahun #JNEContentCompetition2025 #JNEInspirasiTanpaBatas
Referensi:
[1] CNNINDONESIA.COM. (2020). Kunjungan Aplikasi Telemedis Melonjak 600 Persen Saat Covid. Diakses tanggal 15 Juni 2025
[2] JNEWSONLINE.COM. (2024). Obat Bisa Diantar ke Rumah Pasien, RSUD Dr. Haryoto Gandeng JNE. Diakses tanggal 15 Juni 2025
Tinggalkan Balasan