Alquran selalu menjadi pusat bagi kajian para orientalis barat yang sengaja mencari celah untuk menyerang agama Islam dan ajarannya. Alih-alih berhasil menemukan kelemahan Alquran, para ilmuwan tersebut justru berhasil mengungkap kebenaran isi kandungan Alquran yang selaras dengan ilmu pengetahuan dan sains modern. Diantara salah satu kebenaran Alquran ialah disebutkannya fakta ilmiah mengenai proses penciptaan air hujan yang telah dibuktikan kebenarannya oleh para ilmuwan di dunia barat.
Dikutip dari Buku Pesona Alquran bahwasannya proses pembentukan air hujan terjadi dalam tiga tahapan utama. Tahapan pertama ialah naiknya material atau bahan baku penyusun air hujan ke udara. Proses naiknya air ke angkasa ini disebut juga dengan istilah evaporasi atau transpirasi. Tahapan kedua ialah proses pembentukan uap air menjadi materi yang lebih padat atau disebut kondensasi. Proses kondensasi ini akan membentuk awan yang mengandung banyak titik-titik air. Tahap terakhir ialah awan akan digerakkan oleh angin menuju suatu tempat dan terjadilah presipitasi atau turunnya bulir-bulir air hujan ke permukaan bumi.
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada laman resminya di situs nasa.gov. NASA menyebutkan bahwasannya air hujan terbentuk dikarenakan adanya penguapan air pada lautan, danau, sungai atau tanaman di muka bumi. Setelah itu, material tersebut akan naik ke angkasa dan mengalami proses kondensasi menjadi awan. Terakhir, hujan akan jatuh ke permukaan bumi menjadi titik-titik air.
Kedua pendapat tersebut nyatanya sama persis seperti yang telah dijelaskan oleh Alquran pada Surat Ar-Rum ayat 48 yang bermakna, “Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.”
Dilansir dari laman situs sunnahonline.com bahwasannya ayat tersebut secara jelas menginformasikan kepada manusia mengenai proses terbentuknya hujan melalui tiga tahapan. Tahapan pertama atau evaporasi dijelaskan oleh kalimat ‘Allah, Dialah yang mengirim angin…’ Asal tahu saja, proses naiknya partikel air atau aerosol ke angkasa terjadi berkat peran serta angin yang mengangkutnya hingga ke atmosfer.
Tahapan kedua atau kondensasi dijelaskan oleh kalimat ‘…lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…’. Pada tahapan ini aerosol yang menyusun awan berubah menjadi materi lain yang lebih padat. Kata bergumpal mewakili maksud dari kalimat tersebut.
Tahapan terakhir atau presipitasi dijelaskan oleh kalimat, ‘…lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya…’ Inilah proses terakhir ketika gumpalan awan akan jatuh ke permukaan bumi menjadi titik-titik air yang bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup di bumi.
Fakta rinci mengenai pembentukan air hujan ini tentunya sangat mengagumkan. Mengingat, informasi tersebut telah termaktub pada Alquran yang berasal dari abad ke-7 Masehi. Dimana saat itu perkembangan ilmu hidrologi dan peralatan pendukungnya belum secanggih saat ini.
Adapun, ilmu pengetahuan modern pertama kali mengungkap fakta air hujan pada akhir ke-16. Kala itu seorang ilmuwan asal Perancis yang bernama Sir Bernard Palissy merilis kepada publik tentang teorinya mengenai proses pembentukan air hujan di tahun 1580. Itu artinya, Alquran telah mendahului sains dan ilmu pengetahuan modern selama 9 abad dalam hal pengetahuan hidrologi yang mustahil diketahui oleh masyarakat Jazirah Arab kala itu.
Keterangan ini semakin memperjelas bahwa Alquran sebagai pedoman hidup umat Islam bukanlah kitab yang bersumber dari manusia. Lebih dari itu, Alquran adalah sekumpulan firman Allah SWT yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang terjadi di bumi, di langit dan di antara keduanya.
Tinggalkan Balasan