Keberadaan media sosial membuat seseorang dapat dengan mudah mengetahui perasaan dan suasana hati orang lain. Bukan hal yang aneh lagi, mengingat kini setiap orang dapat dengan mudah mencurahkan isi hati mereka kepada khalayak umum melalui media sosial. Iya kan?
Dilansir dari laman wearesocial.com bahwasannya jumlah pengguna media sosial aktif di Indonesia saat ini mencapai angka 130 juta orang. Itu artinya, setengah dari jumlah populasi di Indonesia secara aktif menggunakan media sosial. Bahkan, mereka setiap harinya dapat menghabiskan waktu rata-rata hingga 8 jam 51 menit untuk mengakses dunia maya.
Dilansir dari laman indiatimes.com bahwa media sosial kebanyakan digunakan oleh penggunanya untuk meluapkan berbagai emosi seperti kebahagiaan, kesedihan, kemarahan atau kekesalan terhadap sesuatu yang mereka alami di dunia nyata. Fakta menarik lainnya ialah status tentang kemarahan lebih cepat menarik respon dari pengguna lainnya dibandingkan emosi lainnya. Inilah salah satu alasan kenapa seseorang lebih nyaman meluapkan keluh kesah mereka di media sosial.
Adanya tanggapan berupa like atau komentar dari pengguna lain membuat seseorang merasa mendapatkan perhatian yang tidak didapatnya di dunia nyata.
Tapi tahukah kamu, berkeluh kesah di media sosial dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan seseorang. Dilansir dari data Puslitbang Kementerian Agama bahwa sekitar 70% angka perceraian disebabkan pengaruh media sosial. Hal itu disebabkan oleh rasa cemburu, gaya hidup, dan adanya hubungan baru dengan orang ketiga melalui media sosial.
Islam melarang umatnya untuk berkeluh kesah. Apalagi jika hal tersebut sampai tersiar secara luas kepada orang lain. Dilansir dari kitab Mukhtashor Zaadul Ma’ad yang dijelaskan oleh Ibnul Qayim bahwa menggerutu terhadap musibah yang sedang dialami tidak akan menghilangkan musibah tersebut. Malah seringkali mengeluh hanya menambah derita yang sedang terjadi. Selain itu, berkeluh kesah hanya membuat orang-orang yang tidak menyukai kita menjadi senang dan mengundang murka Allah SWT.
Dilansir dari kitab Faidh Al-Qadir bahwa menyembunyikan musibah merupakan salah satu dari simpanan kebaikan. Menahan diri untuk tidak berkeluh kesah merupakan wujud rida terhadap ketetapan Allah SWT yang akan dibalas dengan pahala yang sangat besar di akhirat kelak. Rasul bersabda dalam sebuah hadis riwayat Abu Nuaim yang berbunyi, “Termasuk dari simpanan-simpanan kebaikan, menyembunyikan musibah-musibah, sesakitan serta sedekah.”
Allah SWT mengetahui jika sifat manusia pada dasarnya suka berkeluh kesah. Hal tersebut dijelaskan dalam Alquran surat Al-Maarij ayat 19-22 yang bermakna, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang tetap mengerjakan shalatnya.”
Oleh karena itu, Allah SWT menyiapkan ganjaran yang besar bagi orang-orang yang mampu mengendalikan keinginannya untuk berkeluh kesah. Seperti janji-Nya pada surat An-Nahl ayat 96 yang bermakna, “Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”
Adapun, besarnya pahala bagi orang-orang yang bersabar dijelaskan dalam surat Az-Zumar ayat 10 yang bermakna, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
Ayat-ayat tersebut merupakan motivasi bagi setiap manusia untuk tetap bersabar dan menjaga diri dari kebiasaan berkeluh kesah kepada orang lain. Hal yang harus diketahui oleh setiap muslim bahwa setiap kesusahan yang terjadi merupakan ketetapan bagi Allah SWT yang dapat meninggikan tingkatan seseorang di surga kelak. Kesusahan dan musibah merupakan penghapus dosa yang tidak dapat diampuni dengan cara selain itu. Hal ini berdasarkan sabda Rasul yang dikutip dari kitab Shahih Al-Bukhari 1/149 yang berbunyi, “Tidaklah seorang muslim menderita sakit karena suatu penyakit dan juga lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya.”
Jadi, mulailah untuk berhenti untuk berkeluh kesah di media sosial sembari berharap simpati dari orang lain. Selain dapat menjaga kehormatan, hal tersebut tentunya lebih baik bagi orang-orang beriman di hadapan Allah SWT.
Tinggalkan Balasan