Piramida di Mesir merupakan salah satu bangunan fenomenal masa lampau yang arsitekturnya dikagumi dunia hingga saat ini. Bersanding dengan Candi Borobudur dan Tembok Besar di Cina, piramida menjadi bangunan kuno berukuran raksasa yang ditetapkan sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Dilansir dari laman National Geographic hingga saat ini ilmuwan masih terus penasaran dengan teknik pembangunan piramida yang digunakan oleh orang-orang Mesir kuno. Khususnya, tentang bagaimana cara mereka menaikkan batu kali seberat ratusan ton ke bagian atas piramida yang memiiki kemiringan hingga 30 derajat.
Seorang ilmuwan bernama Daniel Boon dan rekan-rekannya dari University of Amsterdam dalam jurnal ilmiahnya telah memecahkan sebagian kecil rahasia dari pembangunan piramida. Menurut Boon, orang-orang Mesir kuno membawa bebatuan kali dari Sungai Nil menggunakan gerobak tanpa roda yang telah dibasahi bagian bawahnya untuk melewati padang gurun. Hal tersebut ia buktikan melalui risetnya menggunakan serangkaian miniatur di laboratoriumnya. Mustahil menggunakan gerobak beroda sebagai pengangkut batu kali yang berbobot ratusan ton melewati padang pasir. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa beban batu yang ditarik menjadi lebih ringan hingga separuhnya.
Akan tetapi, hal tersebut belum memecahkan cara bagaimana para pekerja menaikkan batu-batu kali tersebut ke bagian atas piramida. Di tahun 2013, para arkeolog menemukan sebuah dokumen kuno dari kertas papirus yang berusia 4500 tahun. Di dalam naskah tersebut tertulis dokumentasi pembangunan piramida di masa pemerintahan Firaun Khufu yang berkuasa di tahun 2589 sebelum masehi. Sayangnya, hingga saat ini pemerintah Mesir belum mengizinkan arkeolog untuk mempelajari naskah yang terdiri dari 30 halaman tersebut dan hanya memajangnya di museum.
Dilansir dari laman New York Times bahwa beberapa orang arkeolog yang dipimpin oleh Gillles Hug dan Michel Barsoum dari Drexel University telah menemukan titik terang mengenai proses pengangkutan bebatuan kali menuju bagian atas piramida. Untuk mengetahu hal tersebut, mereka telah menghabiskan waktu beberapa tahun meneliti piramida terbesar, Gizza. Hal yang mengejutkan dari penelitian tersebut ialah didapatkan fakta bahwa piramida tidak hanya tersusun dari bebatuan kali tetapi juga dari tanah liat yang dibentuk.
Dilansir dari laman Live Science arkeolog asal Perancis bernama Joseph Davidovits juga berpendapat serupa. Ia menjelaskan bahwa penelitiannya mendapati jika bebatuan piramida di bagian tinggi terdiri dari unsur elemen tanah dan lumpur. Ada kemungkinan pekerja menggunakan tanah liat untuk membangun piramida di bagian yang sangat sulit untuk menaikkan batu kali yang berbobot ratusan ton. Intinya, dijelaskan bahwa piramida dibangun menggunakan dua jenis bebatuan, yakni batu kali dan bebatuan yang dibentuk dari tanah liat yang dikeraskan.
Sebenarnya fakta pembangunan piramida juga telah disebutkan dalam referensi lainnya, Alquran. Khususnya pada ayat yang menjelaskan mengenai permusuhan antara Nabi Musa dengan Firaun yang diketahui sebagai Ramses II. Diantaranya ialah keinginan Firaun untuk mengetahui sosok Tuhan dengan memerintahkan penasihat kepercayaan bernama Haman membangun sebuah bangunan yang tinggi. Kisah ini dijelaskan dalam surat Al-Qashash ayat 38 yang bermakna, “Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka, bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk orang-orang pendusta.”
Dilansir dari kitab Syarh Al Aqidah Ath Thohawiyah bahwa Ibnu Abil Izz menyatakan jika Firaun memerintahkan bawahannya untuk membangun sebuah bangunan yang tinggi dikarenakan Firaun tidak meyakini keberadaan Allah SWT di langit. Keyakinan bertentangan dengan firman Allah SWT dalam beberapa ayat Alquran yang menyatakan bahwa Dia (Allah) berada di atas arsy, di atas langit ketujuh. Keyakinan semacam inilah yang seharusnya dijauhi oleh seorang muslim. Imam Abu Hanifah pernah mengatakan, Jika orang tersebut mengingkari Allah di atas langit (Arsy Allah di langit), maka dia kafir. Namun, informasi tersurat dari ayat tersebut ialah bahwa piramida atau yang yang disebut dengan bangunan tinggi itu ternyata terbuat dari tanah liat yang dibakar. Hal ini membuktikan bahwa Alquran sesuai dengan fakta ilmu pengetahuan yang telah dibuktikan oleh penelitian para arkeolog.
Tinggalkan Balasan